Round Table on India-Indonesia Cooperation on Ayush and Jamu : India dan Indonesia Perkuat Sinergi untuk Masa Depan Obat Herbal Berkelanjutan
- Alvi Avivah Nur Azizah, S.Si.
- 30 Jan
- 3 menit membaca

New Delhi, 23 Januari 2025 – Dalam upaya meningkatkan kolaborasi di sektor obat herbal, India dan Indonesia menegaskan kembali komitmen mereka terhadap pengelolaan sumber daya hayati yang berkelanjutan dalam acara Round Table on India-Indonesia Cooperation on Ayush and Jamu. Acara yang berlangsung di India ini dihadiri oleh para ahli, termasuk Prof. Dr. Eng. I Made Joni, M.Sc., Ketua India-Indonesia Bioresources Consortium (IIBC) dan pakar dari Finder Universitas Padjadjaran.
Prof. Made Joni, yang merupakan salah satu penggagas IIBC, menekankan perlunya menjembatani kesenjangan antara praktik pengobatan tradisional dan pendekatan ilmiah modern. Ia mencatat bahwa meskipun pengobatan tradisional banyak digunakan di kedua negara, diperlukan kejelasan regulasi dalam membedakan antara pengobatan tradisional dan modern.
“Since today there is much information accepted from a wide spectrum of discussions, I find many areas confusing. For example, in Indonesia, there is a distinction between traditional and modern medicine. When a traditional medicine claims to cure a disease, it must undergo modern approval processes like clinical trials. This makes it difficult to determine clear boundaries between the two systems,” jelasnya.
Tantangan dan Peluang dalam Pengobatan Herbal

Prof. Made Joni menyoroti tantangan utama dalam produksi obat herbal—yaitu keberlanjutan bahan baku. Ia memperingatkan bahwa dengan meningkatnya permintaan obat herbal, risiko kelangkaan sumber daya dan dampak lingkungan harus segera ditangani.
“In the future, if we successfully promote herbal medicine, we will face a critical issue: the availability of raw materials. Climate change and conservation are common challenges for both Indonesia and India. We must collaborate on research and policies to ensure long-term sustainability,” tegasnya.
Ia juga menyoroti tantangan ekonomi dan tata kelola dalam standarisasi obat herbal. Meskipun 12,7% sumber daya obat herbal di Indonesia sudah dimanfaatkan dalam pengobatan modern, masih terdapat kesenjangan dalam akses pasar dan sertifikasi.
“How do we standardize raw materials so they can be used interchangeably in both traditional and modern systems? This is a common opportunity for Indonesia and India to collaborate and find a solution,” tambahnya.
Penguatan Regulasi dan Pengembangan Pasar

Untuk mengatasi tantangan ini, Prof. Made Joni menguraikan beberapa prioritas strategis, termasuk penguatan regulasi kelembagaan, kemajuan ilmiah, dan akses pasar. Ia menyerukan adanya kolaborasi lebih lanjut antara Kementerian Kesehatan Indonesia, Kementerian Lingkungan Hidup, serta para pemangku kepentingan terkait guna mengembangkan kerangka regulasi yang terpadu.
“First, we must strengthen institutional regulations and infrastructure. This will define which system our herbal medicine belongs to. We also need a clear classification and certification process for traditional medicine practitioners,” paparnya.
Selain itu, ia menekankan perlunya peningkatan sistem produksi untuk memastikan bahan baku yang distandarisasi, investasi dalam penelitian dan pengembangan, serta peningkatan kompetensi sumber daya manusia melalui pelatihan. Ia juga menyoroti pentingnya ekspansi pasar untuk memastikan bahwa produksi obat herbal memberikan manfaat bagi komunitas lokal.
“Strengthening the market is crucial, not only for industrial growth but also for low-income communities who rely on herbal medicine for their livelihood. With proper regulation, this can contribute to economic and social development,” tutupnya.
Dengan semakin meningkatnya permintaan global terhadap solusi kesehatan berbasis alam, acara ini menjadi platform penting bagi India dan Indonesia untuk memperkuat kerjasama dalam sumber daya hayati. Para ahli meyakini bahwa dengan menyelaraskan regulasi, mendukung kemajuan ilmiah, dan memastikan keberlanjutan sumber daya, masa depan pengobatan herbal dapat diamankan sebagai alternatif medis yang kredibel dan diterima secara luas.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai India-Indonesia Bioresources Consortium (IIBC) dan inisiatif Finder Universitas Padjadjaran, kunjungi finder.ac.id.
Artikel ini terbit pada akun LinkedIn Finder dan dapat diakses pada link berikut: Round Table on India-Indonesia Cooperation on Ayush and Jamu : India dan Indonesia Perkuat Sinergi untuk Masa Depan Obat Herbal Berkelanjutan
Keren, semoga kedepannya IIBC dapat membawa pengobatan tradisional menjadi alternatif medis yang kredibel di Indonesia🌿🚀
sangat keren prof
Semoga sukses dan semoga menjadi impact positive bagi umat manusia
Kerja sama antara India dan Indonesia dalam pengembangan obat herbal berkelanjutan menunjukkan langkah positif menuju pengelolaan sumber daya hayati yang lebih baik
Wah, keren! Kolaborasi India-Indonesia di sektor obat herbal ini bisa jadi langkah besar untuk masa depan pengobatan yang lebih berkelanjutan👏