top of page
unpad_edited_edited_edited.png

India-Indonesia Perkuat Kerjasama dalam Pengobatan Herbal dan Pengelolaan Sumber Daya Hayati Berkelanjutan

  • Gambar penulis: Ulfa Fauziah, M.Si.
    Ulfa Fauziah, M.Si.
  • 31 Jan
  • 3 menit membaca

New Delhi, 23 Januari 2025 – Round Table on India-Indonesia Cooperation on Ayush and Jamu: Relevance of Sustainable Bioresource Management (Diskusi Meja Bundar tentang Kerjasama India-Indonesia dalam Ayush dan Jamu: Relevansi Pengelolaan Sumber Daya Hayati Berkelanjutan), yang diadakan di India, menandai tonggak penting dalam mempererat kolaborasi antara kedua negara dalam bidang pengobatan herbal dan keberlanjutan sumber daya hayati. Salah satu pembicara dari Indonesia, dr. Lia Faridah, Ph.D., seorang ahli dari Finder Universitas Padjadjaran sekaligus kepala divisi Fundraising India-Indonesia Bioresources Consorsium (IIBC), menyoroti potensi sumber daya hayati lokal Indonesia dalam memajukan pengobatan modern, sekaligus menekankan tantangan regulasi dan ilmiah dalam adopsi obat herbal.


dr. Lia Faridah, yang terlibat aktif dalam Satuan Tugas Nasional dan Jawa Barat untuk Penyakit Infeksi, berbagi pandangannya tentang pentingnya mengintegrasikan pengetahuan tradisional dengan kemajuan medis modern. Mewakili upaya pemerintah dalam mendorong produk lokal sebagai solusi untuk permasalahan kesehatan nasional, ia menekankan keberhasilan Indonesia dalam mengembangkan alat deteksi COVID-19 secara mandiri, yang diproduksi melalui rantai pasokan domestik sepenuhnya, mulai dari pengumpulan sampel hingga produksi mesin PCR.



India-Indonesia Kerjasama dalam Pengobatan Herbal
dr. Lia Faridah, Ph.D. dan Prof. Dr. Ni Luh Watiniasih dalam acara diskusi Round Table on India-Indonesia Cooperation on Ayush and Jamu: Relevance of Sustainable Bioresource Management


“One of the government’s key initiatives is to strengthen primary healthcare by promoting disease prevention and screening. We are now focusing on nutrition, such as providing food and milk for children to combat stunting, as well as developing immune boosters from local resources,” ujar dr. Lia Faridah dalam acara tersebut.


Tantangan Sertifikasi Obat Herbal


dr. Lia Faridah menyoroti kendala utama dalam membawa produk herbal tradisional ke dalam praktik medis modern—yaitu persyaratan uji klinis. Ia menjelaskan bahwa meskipun ramuan tradisional seperti Jamu telah mengakar dalam budaya Indonesia, mereka belum mendapatkan pengakuan formal sebagai obat karena belum melalui validasi klinis.

“Jamu is traditional, but it is not yet classified as medicine. To achieve that status, herbal products must pass rigorous clinical trials, which are both costly and time-consuming. However, some success stories exist, such as curcumin-based products and guava extracts for dengue treatment, which have passed clinical trials and are now recognized as complementary medicine,” jelasnya.



India-Indonesia Kerjasama dalam Pengobatan Herbal
dr. Lia Faridah, Ph.D. saat berbicara pada acara diskusi Round Table on India-Indonesia Cooperation on Ayush and Jamu: Relevance of Sustainable Bioresource Management


dr. Lia Faridah juga menyampaikan optimisme mengenai kemungkinan kesepakatan bilateral antara Kementerian AYUSH India dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia. “If this agreement is signed, it will pave the way for stronger regulatory alignment and facilitate the integration of traditional medicine into formal healthcare systems,” tambahnya.


Regulasi dan Implementasi: Tantangan ke Depan


Meskipun pemerintah mendukung pemanfaatan sumber daya hayati lokal, dr. Lia Faridah menekankan bahwa lemahnya regulasi masih menjadi tantangan dalam memastikan keamanan dan efektivitas obat herbal. Ia mencatat bahwa banyak produk herbal di Indonesia berlisensi sebagai industri rumahan, bukan sebagai farmasi, yang membatasi pengawasannya.



India-Indonesia Kerjasama dalam Pengobatan Herbal
Pemberian apresiasi kepada dr. Lia Faridah, Ph.D.


“We need strong regulatory infrastructure to ensure that herbal medicine meets safety standards. While regulations exist, enforcement and implementation remain inconsistent. This collaboration between Indonesia and India presents an opportunity to accelerate the process and set new standards for herbal medicine certification,” katanya.



India-Indonesia Kerjasama dalam Pengobatan Herbal
Inisiator dan Tim Kepemimpinan India-Indonesia Bioresources Consorsium (IIBC) dalam acara diskusi Round Table on India-Indonesia Cooperation on Ayush and Jamu: Relevance of Sustainable Bioresource Management


Dengan meningkatnya minat terhadap solusi kesehatan alami dan keberlanjutan sumber daya hayati, diskusi ini menjadi langkah penting dalam menjembatani kesenjangan antara pengobatan tradisional dan modern. Diskusi ini memperkuat visi bersama Indonesia dan India dalam mengoptimalkan warisan herbal mereka, sekaligus memastikan validasi ilmiah dan kepatuhan regulasi.


Untuk informasi lebih lanjut tentang India-Indonesia Kerjasama dalam Pengobatan Herbal, India-Indonesia Bioresources Consorsium (IIBC) dan inisiatif Finder Universitas Padjadjaran, kunjungi finder.ac.id.

4 commentaires

Noté 0 étoile sur 5.
Pas encore de note

Ajouter une note
Baiq Najati
Baiq Najati
31 janv.
Noté 5 étoiles sur 5.

Keren

J'aime

Sundoro Yoga
Sundoro Yoga
31 janv.
Noté 5 étoiles sur 5.

Good News

J'aime

JAHE MERAH
JAHE MERAH
31 janv.
Noté 5 étoiles sur 5.

Proudd

J'aime

mohamadtaufik hidayat
mohamadtaufik hidayat
31 janv.
Noté 5 étoiles sur 5.

Mantapp 👍

J'aime
bottom of page