top of page
unpad_edited_edited_edited.png

Forum B Joint Conference 2025: Kolaborasi Triple Helix Percepat Inovasi Powder Material dan Hilirisasi Mineral Strategis

  • Gambar penulis: Dewi Asaningsih Affandi, M.Si.
    Dewi Asaningsih Affandi, M.Si.
  • 4 hari yang lalu
  • 2 menit membaca

Jatinangor, Agustus 2025 — FiNder, pusat unggulan kolaborasi dan riset nanoteknologi Indonesia, dalam rangkaian Joint Conference 2025 memimpin forum B diskusi strategis bertajuk “Powder Innovation for Batteries, Clean Energy, and Advanced Manufacturing”. Forum ini menjadi bagian dari Business & Collaboration Talk yang digelar pada 5 Agustus 2025 di Gedung Rektorat Universitas Padjadjaran, Kampus Jatinangor, dan dimoderatori oleh Tri Yudianto dari FiNder U-CoE Universitas Padjadjaran. Diskusi menghadirkan pemangku kepentingan dari pemerintah, BUMN, industri, akademisi, hingga lembaga riset untuk membahas strategi pengelolaan mineral strategis, pengembangan teknologi baterai, serta peluang kolaborasi lintas sektor.



Foto bersama anggota forum diskusi
Foto bersama anggota forum diskusi

Hilirisasi Mineral untuk Ekonomi Tinggi


Dr. Siti Sumilah Rita Susilawati, Sekretaris Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, menegaskan bahwa pengelolaan sumber daya mineral harus dilakukan secara optimal untuk mendukung visi Indonesia menjadi negara berekonomi tinggi. Hingga Agustus 2025, tercatat 4.389 izin pertambangan telah diterbitkan yang mencerminkan besarnya potensi sektor ini. “Hilirisasi menjadi kunci, tidak cukup hanya menjual bahan mentah saja, tetapi harus memproduksi barang jadi bernilai tambah,” ujarnya. Tantangan terbesar menurutnya adalah ketersediaan SDM yang kompeten untuk mengelola potensi besar ini.


Dr. Siti juga menekankan pentingnya kolaborasi triple helix (pemerintah, industri, dan akademisi) dalam riset dan inovasi. “Kerja sama lintas sektor ini akan mempercepat pencapaian target, memastikan standar dan regulasi terpenuhi, serta membuka peluang lebih luas dalam pengembangan industri pertambangan berkelanjutan,” tegasnya.


Penyampaian informasi oleh Dr. Siti Sumilah Rita Susilawati, Sekretaris Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM
Penyampaian informasi oleh Dr. Siti Sumilah Rita Susilawati, Sekretaris Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM

Target Energi Bersih dan Kebutuhan Baterai Nasional


Dari sisi energi, Mochammad Soleh, General Manager PT PLN (Persero), memaparkan bahwa RUPTL 2025 – 2034 menargetkan 76% kapasitas dari energi terbarukan, termasuk nuklir. PLN menyoroti kebutuhan baterai sebesar 4,3 GWh yang idealnya diproduksi dalam negeri. Selain itu, pengembangan Battery Energy Storage System (BEES), material tahan panas seperti polyurea coating, hingga sistem manajemen baterai (BMS) menjadi fokus riset dan produksi.


PT Bukit Asam, melalui Diajeng Alifa Wilutama (Exploration, R&D, & Innovation), menargetkan pada 2029 memproduksi baterai skala pilot berbasis batubara dari Tanjung Enim. Inovasi yang dikembangkan adalah graphite artificial dengan kesesuaian 98% terhadap graphite konvensional, saat ini difokuskan pada anoda sheet. Produksi katoda sheet belum dilakukan mandiri, sehingga perusahaan mencari mitra strategis untuk pengembangan katoda sheet, memastikan kesesuaian regulasi dan standar teknis, serta menjalin kerja sama dengan offtaker guna mewujudkan produksi baterai utuh di dalam negeri.


Lembaga Science Techno Park (STP) menekankan pentingnya budaya inovasi dan pelibatan penta helix akademisi, industri, pemerintah, masyarakat, dan media dalam mengembangkan teknologi hingga mencapai tingkat kesiapan inovasi (IRL) yang layak komersialisasi. Transformasi paradigma dari technology push ke demand pull dinilai krusial untuk menghindari valley of death.


Isu regulasi juga mencuat, khususnya terkait pengelolaan e-waste untuk ekstraksi emas dan pengelolaan limbah PLN yang dikategorikan sebagai aset negara. Ketiadaan aturan yang adaptif dianggap menghambat potensi pemanfaatan sumber daya ini.


Tindak Lanjut Forum (Kolaborasi Triple Helix)


Forum ditutup dengan sesi tanya jawab yang menyoroti kebutuhan kolaborasi triple helix secara berkelanjutan. Prof. I Made Joni (FiNder) menyebut forum ini sebagai langkah awal untuk mengidentifikasi permasalahan yang akan ditindaklanjuti pada forum selanjutnya yang akan diadakan secara rutin. Melalui forum ini, terbangun komitmen bersama untuk memperkuat sinergi lintas sektor, mendorong hilirisasi mineral strategis, serta mengakselerasi inovasi teknologi demi mewujudkan kemandirian energi dan daya saing industri Indonesia. 


Dibuat Oleh: Dewi Asaningsih Affandi, M.Si  

Tanggal: Jum'at, 15 Agustus 2025



4 Comments

Rated 0 out of 5 stars.
No ratings yet

Add a rating
Alvi Avivah Nur Azizah
Alvi Avivah Nur Azizah
2 hari yang lalu
Rated 5 out of 5 stars.

👍

Like

Elis Windiani
Elis Windiani
4 hari yang lalu
Rated 5 out of 5 stars.

👍

Like

Tri Yudianto
Tri Yudianto
4 hari yang lalu
Rated 5 out of 5 stars.

👍

Like

Finder Unpad
Finder Unpad
4 hari yang lalu
Rated 5 out of 5 stars.

👍

Like
bottom of page