FiNder Unpad Dorong Penerapan Innovation Readiness Level sebagai Kompas Strategis Inovasi di Indonesia
- Resni Rindayani

- 25 Sep
- 3 menit membaca
Melalui Capacity Building Para Peneliti di Unpad
Jatinangor, 25 September 2025 – Inovasi bukan sekadar melahirkan ide brilian, melainkan memastikan ide itu benar - benar siap diterapkan di masyarakat dan pasar. Hal ini menjadi fokus utama dalam Workshop Innovation Readiness Level (IRL) yang digelar FiNder, Unpad pada Rabu (24/9). Workshop ini diselenggarakan dalam rangka kegiatan capacity building para peneliti FiNder Unpad, dengan pemateri Prof. Dr. Eng. I Made Joni. Workshop ini menggarisbawahi pentingnya IRL sebagai kerangka kerja strategis untuk menghubungkan riset, industri, pemerintah, hingga investor dalam membangun ekosistem inovasi yang berdaya saing.
Tantangan Inovasi di Indonesia
Dalam dua dekade terakhir, Indonesia mencatat lonjakan signifikan dalam jumlah riset dan publikasi ilmiah. Namun, sebagian besar riset berhenti di meja akademisi tanpa sampai ke tangan pengguna. Banyak invensi brilian dari perguruan tinggi atau lembaga riset yang gagal diadopsi industri karena tidak melalui tahapan kesiapterapan inovasi yang sistematis.
“Inovasi adalah kombinasi invensi dan komersialisasi. Tanpa keberhasilan difusi ke pasar, riset hanya berhenti sebagai pengetahuan.” tegas Prof. I Made Joni dalam pembukaannya
Pernyataan ini menjadi refleksi penting, khususnya bagi BUMN, kementerian, pemerintah pusat, universitas, dan industri yang sedang berupaya memperkuat daya saing nasional di tengah kompetisi global yang semakin ketat.
Apa Itu IRL dan Mengapa Penting?
Innovation Readiness Level (IRL) adalah metode pengukuran tingkat kesiapan inovasi, bukan hanya dari sisi teknologi, tetapi juga dari aspek pasar, organisasi, manufaktur, investasi, kemitraan, hingga risiko
Regulasi ini telah diatur dalam Permenristekdikti No. 29 Tahun 2019, yang mewajibkan lembaga riset, perguruan tinggi, industri, dan pemerintah untuk mengukur posisi kesiapan inovasi sebelum melangkah ke tahap komersialisasi
“IRL membantu organisasi menyusun roadmap inovasi, mengarahkan alokasi sumber daya, dan menentukan waktu terbaik untuk uji pasar atau produksi massal,” jelas Prof. Joni. “Dengan IRL, kita bisa menghindari kegagalan inovasi yang selama ini sering terjadi karena riset terlalu fokus pada aspek teknologi saja, tanpa memikirkan kesiapan pasar atau organisasi.”
Struktur IRL: Dari Ide Hingga Komersialisasi
Dalam paparannya, Prof. Joni menguraikan tahapan IRL yang terdiri atas enam level operasional:
IRL 1: konseptualisasi ide dan penyusunan konsep.
IRL 2: validasi konsep di laboratorium.
IRL 3: pengembangan prototipe di lingkungan operasional.
IRL 4: chasm, fase penetrasi pasar awal.
IRL 5: kompetisi, ketika produk memasuki kematangan pasar.
IRL 6: evaluasi lanjutan – apakah inovasi perlu di-scale up, diperbarui (changeover), atau dihentikan (close down).
Pendekatan ini mengintegrasikan prinsip-prinsip ISO 56002:2019E, standar internasional tentang sistem manajemen inovasi, yang menekankan pentingnya kepemimpinan visioner, budaya inovatif, pengelolaan risiko, serta penciptaan nilai bagi pemangku kepentingan
Relevansi untuk BUMN, Pemerintah, dan Investor
Workshop ini menjadi penting karena IRL menawarkan jawaban atas salah satu tantangan utama BUMN, Industri dan Kementerian yaitu memastikan program riset dan pengembangan tidak hanya menghasilkan laporan, tetapi benar - benar berdampak.
Bagi industri, IRL memberikan peta jalan yang jelas untuk membawa produk dari fase riset hingga komersialisasi. Sementara bagi investor, IRL menjadi instrumen mitigasi risiko. “Dengan IRL, investor dapat melihat sejauh mana kesiapan sebuah inovasi, apa saja gap yang masih ada, dan bagaimana peluang keberhasilan di pasar,” ujar Prof. Joni.
Fakta ini selaras dengan tren global. Banyak negara maju menjadikan IRL sebagai kompas strategis untuk memperkuat ekosistem inovasi. Tanpa kerangka ini, inovasi berisiko terjebak dalam “valley of death” kondisi ketika riset sudah selesai namun tidak pernah berhasil diadopsi oleh pasar.

Catatan Penting !
Selain pemaparan konsep, Prof. Joni juga menekankan teori difusi inovasi (innovation diffusion theory), yang menjelaskan bagaimana inovasi diadopsi oleh populasi pengguna. Menurutnya, keberhasilan inovasi tidak hanya ditentukan oleh keunggulan teknologi, tetapi juga oleh strategi difusi yang melibatkan komunikasi, pemasaran, dan edukasi publik.
FiNder melalui workshop ini kembali menegaskan posisinya sebagai jembatan antara akademisi, pemerintah, dan industri. Dengan menghadirkan pakar seperti Prof. I Made Joni, FiNder mendorong agar inovasi di Indonesia tidak hanya lahir, tetapi juga tumbuh dan berkelanjutan.
Kesimpulan
Workshop IRL ini memberikan pemahaman mendalam bahwa inovasi adalah proses holistik yang dimulai dari ide, validasi, hingga komersialisasi. IRL menjadi kerangka kerja yang tidak hanya memandu peneliti, tetapi juga membantu pemerintah, industri, dan investor mengambil keputusan strategis berbasis data.
FiNder membuka ruang kolaborasi bagi BUMN, kementerian, universitas, lembaga riset, industri lintas sektor, dan investor untuk bersama-sama mengadopsi IRL dalam manajemen inovasi. Dengan dukungan para expert yang kompetitif dan pengalaman lintas disiplin, FiNder siap menjadi mitra strategis dalam memperkuat ekosistem inovasi nasional.
Untuk mendalami lebih lanjut tentang IRL dan berkolaborasi dengan para ahli lainnya, kunjungi finder.ac.id dan jadilah bagian dari transformasi inovasi Indonesia.





Komentar