Nanoteknologi & Ilmu Material menjadi Masa Depan Pengobatan Tradisional Indonesia-India
- Dewi Asaningsih Affandi, M.Si.
- 31 Jan
- 3 menit membaca
New Delhi, 23 Januari 2025 – Round Table on India-Indonesia Cooperation on Ayush and Jamu: Relevance of Sustainable Bioresource Management menghadirkan para ahli utama di bidang pengobatan tradisional dan ilmu material. Salah satu pembicara terkemuka, Prof. Dr. Eng. Camellia P, M.Si., Ketua India-Indonesia Bioresources Consortium (IIBC) dan pakar dari Finder Universitas Padjadjaran, menyoroti peran penting ilmu material dalam meningkatkan efektivitas pengobatan tradisional.

Dalam pidatonya, Prof. Camellia menekankan potensi integrasi ilmu material dengan pengobatan tradisional seperti Jamu dan Ayurveda, yang berperan penting dalam mengatasi tantangan utama seperti kelarutan rendah, ketidakstabilan, dan rendahnya bioavailabilitas.
“From the point of view of material science, in traditional medicine systems including Jamu and Ayurveda, I think it's facing a lot of challenges, especially in low solubility, how to make it soluble in water, and then instability how long we can store the drugs or Jamu in base conditions and ensure its safety for consumption. Many traditional medicines also have low bioavailability, so these are major challenges for us,” jelasnya.
Peran Nanoteknologi dalam Pengobatan Herbal
Prof. Camellia menjelaskan bagaimana nanoteknologi dan sistem penghantaran lanjutan dapat meningkatkan efisiensi formulasi pengobatan tradisional. Ia menyoroti potensi penggunaan nanocarrier seperti liposom, nanopartikel, dan mikroemulsi untuk meningkatkan bioavailabilitas senyawa herbal.

“Using nanotechnology and best delivery systems, such as liposome, nanoparticles, and microemulsion, we have tried and successfully applied these for some materials. I believe this can be extended to Jamu preparations, making them more effective,” katanya.
Ia juga menyoroti dampak penggunaan polimer nanocarrier dalam sektor pengobatan tradisional, dengan peran utamanya dalam meningkatkan stabilitas, kelarutan, dan keamanan bagi pasien.
“Our findings show that nanocarriers significantly enhance the solubility, stability, and bioavailability of traditional medicine compounds, leading to improved therapeutic effects,” tambahnya.
Penguatan Riset dan Kepatuhan Regulasi

Menyadari pentingnya kolaborasi erat antara Indonesia dan India, Prof. Camellia menyerukan inisiatif riset bersama dan pertukaran pengetahuan guna mempercepat integrasi ilmu material dalam pengobatan tradisional.
“We need to collaborate with India, especially in material science applications for traditional medicine. Learning from India's experience in Ayurveda and regulation is crucial for us to advance our research and innovations,” ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya kepatuhan regulasi dan pertimbangan keselamatan, termasuk studi toksisitas dan uji klinis guna memastikan bahwa formulasi baru memenuhi standar keselamatan global.
“Regulation and safety considerations are essential. We must comply with regulatory standards to ensure that new formulations are both effective and safe for human use,” jelasnya.
Prospek Masa Depan dan Aplikasi Industri
Ke depan, Prof. Camellia mendorong kolaborasi yang lebih dalam antara peneliti, lembaga regulasi, dan pelaku industri. Ia menyoroti perlunya program pendidikan dan pelatihan bagi praktisi pengobatan tradisional agar mereka dapat memahami dan menerapkan teknologi baru secara efektif.
“We need education and training programs, as well as awareness campaigns for healthcare professionals and the public, to help integrate material science with traditional medicine. This will help drive innovation and acceptance in the industry,” tutupnya.
Acara ini menegaskan pentingnya kolaborasi lintas negara antara India dan Indonesia dalam memajukan pengobatan tradisional melalui inovasi ilmiah. Para ahli meyakini bahwa dengan riset berkelanjutan, peningkatan regulasi, dan adopsi teknologi, masa depan pengobatan tradisional akan lebih berkelanjutan, efisien, dan mudah diakses.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai India-Indonesia Bioresources Consortium (IIBC) dan inisiatif Finder Universitas Padjadjaran, kunjungi finder.ac.id.
ini merupakan langkah inovatif yang menjanjikan masa depan kesehatan yang lebih efektif dan berkelanjutan.